Ungkapan Haru Buat Perawat Natsyelia Paulus Ake Yang Mengorbankan Nyawanya Demi Melindungi Bayi Saat Gempa Sulawesi Barat


SEARCH DISINI :
Hidup adalah pilihan, itu prinsipmu untuk memilih jalan pelayanan di bidang kesehatan.
Merawat yang sakit, memberi harapan dan kekuatan bagi yang lemah.
Mungkin itu adalah hasil tempaan tempat mu beribadah di Gereja Toraja Moria Polopadang Tobadak Dua, Sulawesi Barat, atau kesadaran yang dibentuk oleh Poltekkes Kemenkes Mamuju tempatmu menimba ilmu.
Berbekal doa orang tua, dan adik adikmu engkau mengabdikan hidupmu di Rumah Sakit Mitra Mamuju sejak 2 (dua) tahun lalu.
Senyum khas dan sapaan lembut kepada sejawatmu akan jadi kenangan indah.
Tanggal 15 Januari 2021, tengah malam buta saat semua orang tertidur lelap, gempa bumi melanda kotamu dan tempat kerjamu.
Mungkin setiap orang yang kemudian terbangun saat itu tersadar bagaimana menyelamatkan diri.
Langkah dan lari tergesa terdengar dalam lorong Rumah Sakit.
Nia, engkau dan sejawatmu mungkin berpikir gempa kali ini tidak biasa saja.
Nurani kemanusiaanmu berkata “Kehidupan harus dijaga”.
Pasien yang terbaring kau papah keluar Rumah Sakit bersama rekan rekan kerjamu.
Disaat hampir semua bisa diselamatkan, engkau tersadar akan kehidupan lain dalam sebuah tabung inkubator.
Ya…..ada anak bayi mungil manis yang tertidur lelap, tidak sadar akan bahaya yang bisa menimpa setiap saat.
Engkau memilih berlari kembali kedalam Rumah Sakit, engkau tidak lagi rasional dan memikirkan keselamatanmu sendiri.
Sang bayi berhasil kau gapai, tapi gedung tempat kerjamu seakan tidak mampu lagi menahan beban berat akibat goncangan gempa.
Pukul 02.45 engkau dan bayi kecil yang tidak kau kenal terjebak dan terkubur setengah dalam reruntuhan.
Berjam jam lamanya, sampai matahari muncul di ufuk timur dan bantuan datang untuk mengevakuasi dari reruntuhan.
Entah apa yang kau lakukan saat seperti itu.
Mungkin engkau berdoa dan menangis kepada Sang Penciptamu, mungkin juga engkau pingsan tidak sadarkan diri.
Keyakinanmu mengajarkan bahwa “Kemana saja engkau melangkah disitu TUHAN mu berada, bahkan di dunia orang mati sekalipun”
Pilihan hidupmu tepat, sungguh sangat tepat. Kasihmu melebihi dari kekuatanmu.
Pukul 09.00 Wita, terdengar ketuk tangan kecilmu pada material runtuhan yang mengubur setengah badanmu bersama sang bayi mungil di sampingmu.
Sang penolong yang datang berseru gembira ketika mendengar tanda kehidupan dibalik runtuhan.
Ulet dan tekun mereka menggali, menyanggah dan menyingkirkan material sampai tubuhmu bersama bayi mungil dapat di evakuasi ke Rumah Sakit Bayangkara Mamuju.
Para dokter dan perawatpun berusaha menyelamatkan hidup dari Sang Pejuang Kehidupan, berkat mereka engkau Nia masih bisa bicara kepada keluargamu yang sudah datang dari Tobadak.
Mungkin engkau masih sempat menitipkan adik adikmu kepada mereka, entah pesan apalagi yang kau sampaikan.
Yang jelas engkau sudah meninggalkan pesan yang sangat berarti buat kami semua, bahwa KASIHMU akan manusia dan kemanusiaan lebih diatas dari segalanya.
Bayi kecil yang mungkin tidak kau kenal siapa orang tuanya, apa agamanya, dimana rumahnya dan lain lain telah kau selamatkan.
Engkau pasti tidak pernah berpikir bahwa orang akan mengenangmu, bahwa orang akan mengingatmu bahkan si bayi itu kelak akan tahu bahwa hidupnya telah engkau selamatkan.
Nilai tertinggi dalam keyakinanmu sudah membuatmu lulus dengan sangat sempurna menjalani hidupmu.
Engkau menghembuskan nafas terakhirmu, tapi Nia…engkau telah meniupkan kehidupan bagi negeri ini.
Tauladan pengabdian tanpa pamrih telah engkau perlihatkan bersama sejawatmu.
Puisi kesedihan dan Doa mungkin bisa kami lantunkan untukmu, tapi kusangat yakin engkau di keabadian Sang Bapa sedang tersenyum bahagia.
Hari ini engkau dibawa ke haribaan sang pertiwi.
Tanah Air menangis duka karena berbagai bencana, tapi Ibu Pertiwi pasti tersenyum bahagia merengkuhmu bersama pejuang pejuang kemanusiaan lainnya yang merebahkan diri istrahat sejenak.
Keluarga hari ini mungkin bersedih, tapi besok akan tersenyum bangga akan pilihanmu Nia.
“Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan”
Salam Hormatku yang paling tinggi pada dedikasimu untuk kemanusiaan.

Yervis M Pakan

Presidium Nasional PENA 98

Read More

Irma Mewoh Tandayu di grup Info Kota Palu menulis

SELAMAT MENEMUI SANG KASIH
Ternyata inilah Natsyelia Paulus Ake yang berkorban menyelamatkan bayi dari reruntuhan RS. Mitra Mamuju akibat gempa yang melanda Sulawesi Barat pada Jumat 15/1/2021.
Usianya baru 25 tahun, anak sulung. Nampaknya menjadi suster bukan sekadar profesi, tapi panggilan hidupnya – sesuai keyakinannya – untuk merawat dan menjaga kehidupan. Hidupnya berkutat di rumah sakit, juga gereja tempatnya memuji Tuhan (Gereja Toraja Moria Polopadang Tobadak Dua, Sulawesi Barat).
Semua masih nikmat terlelap dalam tidurnya ketika gempa itu melanda. Semua orang panik menyelamatkan diri, demikian juga di RS tempat dia mengabdi.
Namun gadis baik penuh kasih ini berjuang habis-habisan menyelamatkan para pasiennya. Ketika semua nampak sudah beres, tiba-tiba dia teringat kehidupan mungil dalam sebuah tabung inkubator. Bayi tak berdosa sedang lelap. Dan dia memilih kembali masuk untuk menyelamatkan bayi itu.
Namun gedung keburu runtuh, dan dia bersama bayi itu terjebak dalam reruntuhan. Lama mereka terkubur reruntuhan, sampai pagi menjelang….tim evakuasi tiba. Bayi itu selamat, namun tidak dirinya.
………
Biarlah senyummu abadi, seperti kasih yang kau taburkan sampai akhir hidupmu. Biarlah kelak bayi itu – ketika melihat senyummu, atau mendengar kisahmu – akan berbisik juga penuh kasih : ” Terima kasih telah menjaga hidupku. Biarkan aku melanjutkan semangat kasih yang kau taburkan di dunia ini.”
Maka kasih itu abadi. Dan gadis yang dipanggil Nia ini, dengan senyum manisnya..ikut mengabadikan kasih itu.
Selamat jalan Nia, selamat berjumpa dengan Sang Kasih itu sendiri.
By : HT

SEARCH DISINI :

Related posts