KUNCI JAWABAN Kelas 4 SD Tema 8 Halaman 85 86 87 89 90 93 94 Keunikan Daerah Subtema 2 Pembelajaran 3 Buku Tematik Siswa SD

KUNCI JAWABAN Kelas 4 SD Tema 8 Halaman 85 86 87 89 90 93 94 Keunikan Daerah Subtema 2 Pembelajaran 3 Buku Tematik Siswa SD
KUNCI JAWABAN Kelas 4 SD Tema 8 Halaman 85 86 87 89 90 93 94 Keunikan Daerah Subtema 2 Pembelajaran 3 Buku Tematik Siswa SD

SEARCH DISINI :

Kali Gajah Wong

Asal-usul nama Kali Gajah Wong Cerita Rakyat Yogyakarta www.simplenews.me

Hari itu, Ki Sapa Wira bersiul riang. Seperti biasa, ia akan memandikan gajah milik junjungannya, Sultan Agung, raja Kerajaan Mataram. Dengan hati-hati, Ki Sapa Wira menuntun gajah yang dinamai Kyai Dwipangga itu.

Read More

Mereka berjalan ke sungai yang terletak di dekat Keraton Mataram. Mulailah ia memandikan gajah yang berasal dari negeri Siam itu.

“Nah, sekarang kau sudah bersih. Rambutmu sudah mengilap, sekarang ayo kembali ke kandangmu,” kata Ki Sapa Wira kepada Kyai Dwipangga. Ki Sapa Wira memang memperlakukan Kyai Dwipangga seperti anaknya sendiri. Tak heran, Kyai Dwipangga amat patuh padanya.

Suatu hari, Ki Sapa Wira tak bisa memandikan Kyai Dwipangga. Ada bisul besar di ketiaknya, rasanya ngilu sekali. Badannya juga demam karena bisul itu. Ia meminta tolong pada adik iparnya, Ki Kerti Pejok, untuk menggantikan memandikan Kyai Dwipangga. “Kerti, tolong aku ya. Aku benar-benar tak bisa bekerja hari ini,” kata Ki Sapa Wira.
“Tenang Kang, aku pasti akan membantumu. Tapi tolong beritahu, bagaimana caranya supaya gajah itu menurut padaku? Aku takut jika nanti ia marah dan menyerangku,” jawab Ki Kerti Pejok.

Asal-usul nama Kali Gajah Wong Cerita Rakyat Yogyakarta “Biasanya kalau ia mulai gelisah, pantatnya aku tepuk-tepuk, lalu aku tarik ekornya. Nanti ia akan kembali tenang dan berendam sendiri di sungai. Kau tinggal memandikannya,” jelas Ki Sapa Wira. Ki Kerti Pejok mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia lalu berangkat ke sungai untuk memandikan Kyai Dwipangga.

Sepanjang perjalanan Ki Kerti Pejok mengajak Kyai Dwipangga mengobrol. Ia juga membawa buah-buahan sebagai bekal dalam perjalanan. “Gajah gendut, kau mau makan kelapa?” tanyanya sambil melemparkan sebutir kelapa pada Kyai Dwipangga. Kyai Dwipangga menangkap kelapa itu dengan belalainya. Dengan mudah ia memecah kelapa itu dan memakannya.

“Sekarang kau sudah kenyang, kan? Ayo jalan lagi,” kata Ki Kerti Pejok sambil memukul pantat Kyai Dwipangga.

Sesampainya di sungai, Ki Kerti Pejok melaksanakan tugasnya dengan mudah. Digosoknya seluruh bagian tubuh Kyai Dwipangga sampai bersih dan berkilap. Setelah itu mereka pulang ke keraton Mataram. “Kang, hari ini aku sudah melaksanakan tugasku dengan baik. Apa besok Kakang masih memerlukan bantuanku?” tanya Ki Kerti Pejok pada Ki Sapa Wira.

“Jika kau tak keberatan, maukah kau memandikannya sekali lagi? Aku masih demam, sedangkan gajah itu harus dimandikan setiap hari,” jawab Ki Sapa Wira.

“Baik Kang, aku tidak keberatan. Toh gajah itu sangat penurut. Jadi, aku tak kesulitan saatmemandikannya,” kata Ki Kerti Pejok.

“Terima kasih Kerti, lusa aku pasti sudah sembuh. Kau akan bebas dari tugas ini,” kata Ki Sapa Wira.

Keesokan harinya, Ki Kerti Pejok menjemput Kyai Dwipangga. Pagi itu hujan turun rintik-rintik, tapi sepertinya tak akan bertambah deras. Di sungai Ki Kerti Pejok bimbang karena dilihatnya air sungai sedang surut.

“Wah, airnya dangkal sekali. Mana bisa gajah ini berendam? Aku sendiri saja tak bisa, apalagi gajah yang besar?” pikirnya dalam hati.

“Gajah gendut, kita cari sungai yang lain saja. Sungai ini dangkal, kau tak akan bisa berendam di sini.”

Ki Kerti Pejok menuntun Kyai Dwipangga ke hilir sungai. Di situ air tampak tinggi dan aliran juga cukup deras. “Nah, di sini sepertinya lebih asyik. Ayo, sana masuk, berendamlah. Aku akan menggosok punggungmu dengan daun kelapa ini,” kata Ki Kerti Pejok sambil memukul pantat Kyai Dwipangga. Sambil memandikan Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok berpikir dalam hati.

“Sebaiknya aku beritahu Kakang untuk memandikan gajahnya di sini. Disini airnya lebih dalam, arusnya juga cukup deras. Aneh, kok selama ini Kanjeng Sultan Agung tak tahu keberadaan sungai ini, ya?”

Saat ia sibuk berbicara sendiri, tiba-tiba dari arah hulu datanglah banjir bandang yang sangat besar. Banjir itu datang dengan sangat cepat. Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga bahkan tak menyadarinya.

Dalam sekejap, mereka terhempas dan terbawa arus. “Tolong…tolonggg…,” teriak Ki Kerti Pejok. Tapi tak ada yang mendengar. Sungguh menyedihkan nasib Ki Kerti Pejok dan Kyai Dwipangga. Mereka terseret arus dan hanyut sampai ke Laut Selatan.

Sungguh sangat disayangkan, mereka binasa dalam keganasan banjir bandang itu. Ki Kerti Pejok tak tahu bahwa selama ini Sultan Agung memang melarang para abdinya memandikan gajah di hilir sungai. Karena ia tahu bahaya bisa datang sewaktu-waktu di sana. Ki Sapa Wira berduka. Ia sangat sedih karena kehilangan adik ipar dan gajah kesayangannya.

Untuk mengenang kejadian itu, Sultan Agung menamakan sungai itu Kali Gajah Wong. Kali berarti sungai, gajah wong berarti gajah dan orang. Kali Gajah Wong ini terletak di sebelah timur Kota Yogyakarta.
Sumber: http://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-yogyakarta-dongeng-candi-prambanan/

>>> Halaman 93 – 94

Jawablah pertanyaan berikut berdasarkan teks cerita di atas.

1. Siapa saja tokoh pada cerita di atas?

Jawaban :

Tokoh-tokoh pada cerita Kali Gajah Wong yaitu Ki Sapa Wira, Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok, dan Sultan Agung.

2. Adakah tokoh antagonis dan protagonis pada cerita? Siapakah tokoh itu?

Jawaban:

Tokoh-tokoh yang diceritakan dalam cerita merupakan tokoh protagonis, yaitu Ki Sapa Wira, Kyai Dwipangga, Ki Kerti Pejok, dan Sultan Agung. Semua tokoh tersebut tidak menunjukkan sifat buruk. Jadi, dalam cerita tersebut tidak terdapat tokoh antagonis.

***Ayo Renungkan***

Apa yang kamu pelajari pada hari ini? Kegiatan apa yang paling menyenangkan bagi kamu? Tuliskan dalam kolom berikut.

Jawaban:

Saya belajar mengenai berbagai pekerjaan sesuai  lingkungan tempat tinggal. Mereka juga berdiskusi mengenai pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi.

***Kerja Sama dengan Orang Tua***

Apa saja keunikan daerah tempat tinggalmu. Diskusikan bersama anggota keluargamu. Kemudian, tuliskan pada tempat berikut.

Jawaban:

Jawaban menyesuaikan dengan daerah masing masing, sibawah ini contoh keunikan Kota Pontianak

1. Kota Pontianak merupakan satu – satunya pemilik Tugu Khatulistiwa, disini setiap tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September terjadi sebuah fenomena alam yang unik yakni fenomena Kulminasi matahari.

Tugu ini sendiri terletak di jalan Khatulistiwa, Kelurahan Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak

2. Kota Pontianak di lewati sungai Terpanjang di Indonesia, yakni sungai Kapuas, selain itu kota Pontianak juga di lalui sungai Landak.

3. Wilayah Kota Pontianak di bagi dalam 3 daratan. Hal ini dikarenakan Wilayah Kota Pontianak yang di lalui sungai Kapuas bercabang dan satu di antara cabangnya sungai landak, sehingga membuat wilayah kota Pontianak dari atas seperti bentuk Y, dan tepat di bagian persimpangan Sungai Kapuas yang berbentuk Y tersebut terdapat sebuah mesjid yang telah di bangun berabad abad – abad silam.

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 4 Halaman 85 86 87 89 90 93 94 Subtema 2 Pembelajaran 3 Keunikan Daerah, https://pontianak.tribunnews.com/2021/03/12/kunci-jawaban-tema-8-kelas-4-halaman-85-86-87-89-90-93-94-subtema-2-pembelajaran-3-keunikan-daerah?page=all.
Penulis: Dhita Mutiasari
Editor: Dhita Mutiasari


SEARCH DISINI :

Related posts